HBD

Tiga huruf diatas pernah memenuhi inbox saya pada suatu pagi.
Entah kenapa tiga huruf itu selalu identik dengan hari kelahiran seseorang, padahal islam tidak pernah mengajarkannya. Bahkan mengucapkannya pada orang lain merupakan bentuk tasyabuh/meniru yang dilarang.

Orang-orang saleh terdahulu tidak suka dengan ucapan “semoga anda panjang umur” bila ucapan yang mengandung do’a tersebut tidak diiringi kalimat “dalam ketaatan pada Allah”. Bagi mereka, apa gunanya umur yang panjang bila dihabiskan dalam kelalaian dan dosa.? Kalau bekal perjalanan cukup, mati muda bukan masaalah.

Bagaimana mungkin kita mengucapkan selamat pada seseorang dihari kelahirannya, padahal bertambahnya usia pertanda ajal semakin dekat.

Pantaskah kita mengucapkan selamat pada orang yang jatah hidupnya berkurang, sementara bekalnya sedikit dan perjalanannya masih jauh ?

Kuburan Bukan Peristirahatan Terakhir

Khalifah kaum muslimin yang ketiga Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu jika melihat perkuburan beliau menangis mengucurkan air mata hingga membasahi jenggotnya.
Suatu hari ada seorang yang bertanya:
تذكر الجنة والنار ولا تبكي وتبكي من هذا؟
“Tatkala mengingat surga dan neraka engkau tidak menangis, mengapa engkau menangis ketika melihat perkuburan?” Utsman pun menjawab, “Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إن القبر أول منازل الآخرة فإن نجا منه فما بعده أيسر منه وإن لم ينج منه فما بعده أشد منه
“Sesungguhnya liang kubur adalah awal perjalanan akhirat. Jika seseorang selamat dari (siksaan)nya maka perjalanan selanjutnya akan lebih mudah. Namun jika ia tidak selamat dari (siksaan)nya maka (siksaan) selanjutnya akan lebih kejam.” (HR. Tirmidzi, beliau berkata, “hasan gharib”. Syaikh al-Albani menghasankannya dalam Misykah al-Mashabih)