Tiga huruf diatas pernah memenuhi inbox saya pada suatu pagi.
Entah kenapa tiga huruf itu selalu identik dengan hari kelahiran seseorang, padahal islam tidak pernah mengajarkannya. Bahkan mengucapkannya pada orang lain merupakan bentuk tasyabuh/meniru yang dilarang.
Entah kenapa tiga huruf itu selalu identik dengan hari kelahiran seseorang, padahal islam tidak pernah mengajarkannya. Bahkan mengucapkannya pada orang lain merupakan bentuk tasyabuh/meniru yang dilarang.
Orang-orang saleh terdahulu tidak suka dengan ucapan “semoga anda
panjang umur” bila ucapan yang mengandung do’a tersebut tidak diiringi
kalimat “dalam ketaatan pada Allah”. Bagi mereka, apa gunanya umur yang
panjang bila dihabiskan dalam kelalaian dan dosa.? Kalau bekal
perjalanan cukup, mati muda bukan masaalah.
Bagaimana mungkin kita mengucapkan selamat pada seseorang dihari
kelahirannya, padahal bertambahnya usia pertanda ajal semakin dekat.
Pantaskah kita mengucapkan selamat pada orang yang jatah hidupnya
berkurang, sementara bekalnya sedikit dan perjalanannya masih jauh ?
Bertambahnya umur bukan pertanda bahwa Allah mencintai kita, namun
Dia memberi kita waktu untuk memperbaiki lembaran-lembaran kertas
kehidupan yang kian hari kian berserakan. Allah memberi kita waktu untuk
menghapus noktah-noktah hitam yang mengotori lukisan diri dalam kanvas
hidup kita. Agar kita menemui-Nya seperti apa yang diinginkan-Nya
Bertambahnya umur semestinya membuat kita semakin waspada, jangan
sampai dengan karunia tersebut Allah sedang mengistidraj kita disebabkan
maksiat dan dosa kita selama ini -wal iyaadzubillah-
Allah berfirman:
“Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan
dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui
(akibat perbuatan mereka). (QS. Al Hijr : 3)
“Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras”. (QS. Luqman : 24)
Ingat.. Umur adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ”
لاَ تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ: عَنْ
عُمْرِهِ فِيْمَ أَفْنَاهُ, وَعَنْ عِلْمِهِ مَا فَعَلَ بِهِ, وَعَنْ
مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَ أَنْفَقَهُ, وَعَنْ جِسْمِهِ
فِيْمَ أَبْلاَهُ.
Artinya: ”Tidak bergeser kaki seorang hamba sehingga ia ditanya tentang empat perkara (yaitu):
1. Tentang umurnya untuk apa ia habiskan?
2. Tentang ilmunya, apa yang ia amalkan?
3. Tentang hartanya darimana ia dapatkan dan kemana ia belanjakan? 4. Tentang badannya untuk apa ia gunakan?. (HR.At-Tirmidz).
2. Tentang ilmunya, apa yang ia amalkan?
3. Tentang hartanya darimana ia dapatkan dan kemana ia belanjakan? 4. Tentang badannya untuk apa ia gunakan?. (HR.At-Tirmidz).
Garis bawahi pertanyaan pertama,
“Untuk apa umurmu dihabiskan?
Setiap jiwa akan ditanyai dengan pertanyaan yang sama.
Jadi, sudah semestinya kita menggunakan umur yang kita miliki untuk mempersiapkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan diatas. Disisa waktu yang ada perbanyaklah bermuhasabah, merenung, mengoreksi diri dan menghisab diri tentang seberapa tinggi ketaatan kita kepada Allah Ta’ala.
Jadi, sudah semestinya kita menggunakan umur yang kita miliki untuk mempersiapkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan diatas. Disisa waktu yang ada perbanyaklah bermuhasabah, merenung, mengoreksi diri dan menghisab diri tentang seberapa tinggi ketaatan kita kepada Allah Ta’ala.
Allah azza wa jalla berfirman:
أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيْهِ مَنْ تَذَكَّرَ
وَجَاءَكُمُ النَّذِيْرُ, فَذُوْقُوْا فَمَا لِلظَّالِمِيْنَ مِنْ
نَصِيْرٍ.
Artinya: “…Dan apakah tidak cukup Kami telah memanjangkan umurmu
dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan
(apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?, maka rasakanlah
(azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang
penolongpun”. (Q.S. Fâthir: 37).
Baarakallahu fiikum.
Catt:
Maaf bila saya tidak merespon inbox teman-teman fillah, karena ini soal prinsip.
Maaf bila saya tidak merespon inbox teman-teman fillah, karena ini soal prinsip.
Ust. Aan Chandra Thalib, حفظه الله تعالى