"Kisah Rasulullah dan Nenek Tua Yahudi" Hoax Juga?


Pernah mendengar atau membaca penggalan kisah ini:


"Salah seorang yang sangat membenci Nabi Muhammad SAW adalah seorang nenek tua Yahudi. Jika Nabi ke Masjid selalu melewati rumah si Nenek.

Suatu hari Rasulullah lewat, si nenek sedang menyapu rumahnya. Buru-buru si Nenek mengumpulkan sampah dan debu dari rumahnya. Ketika Rasulullah lewat di depan jendela, maka dilemparkannyalah sampah dan debu itu.

Rasulullah terkejut, namun ia tidak marah begitu tahu siapa yang melemparnya. Malah Rasulullah mengangguk sambil tersenyum. “Assalamu’alaikum !” sapa Rasulullah.
Nenek itu malah melotot kepada Rasulullah. “Enyah, kau !” kata si Nenek." ...dst


Pernahkah anda mendapat keterangan darimana kisah ini diambil? Adakah keterangan bahwa kisah ini berasal dari si fulan bin fulan atau diambil dari kitab salah seorang ulama ahli hadits?

Benar, tidak akan kita temukan sumber kisah tersebut selain dari artikel yang ada di internet atau pernah kita dengar dari orang tua kita, guru dan mungkin juga dari seorang ustadz.

Memang benar ada pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah tersebut, yaitu penggambaran mulianya akhlak Rasulullah salallahu a’laihi wassalam. Tapi apakah perlu menggambarkan mulianya akhlak Rasulullah dengan kisah-kisah yang tidak kita ketahui sumbernya? Bukankah masih buaaanyak kisah-kisah tentang kemuliaan akhlak Rasulullah yang sumbernya bisa dipertanggung jawabkan, baik dari segi isi maupun jalur periwayatan kisah tersebut.

Wong kita kalau baca berita nasional pilah-pilih dulu darimana sumbernya, apalagi ini menyangkut Rasulullah. Jadi sudah menjadi keharusan berita dari sumber yang terpercaya yang kita konsumsi, apalagi juga kita share/sebarkan.

Kembali ke pembahasan kita bahwa cerita nenek yahudi tua tersebut mempunyai banyak kecacatan dan kejanggalannya. Beberapa kejanggalannya mari kita ungkap satu persatu:

  • Fakta Otentik:
Tidak ada keterangan kisah tersebut diriwayatkan oleh siapa dan dari siapa, bisa dikatakan sumbernya tidak jelas. Sehingga kisah tersebut dilain waktu dan kesempatan akan berubah-ubah isinya sesuai keinginan si penulis atau pengarang kisah tersebut, walaupun temanya masih sama.

  • Fakta sejarah:
·   Dalam kisah tersebut tidak disebutkan kejadian tersebut berlangsung dimana, apakah di Mekkah atau Madinah? Karena hanya di dua tempat itu Rasulullah bermukim.

·   Jika kejadian itu di Mekkah maka dari isi kisah tersebut diketahui kalau masjid tersebut sebagai masjid yang selalu digunakan Rasulullah untuk shalat lima waktu. Lalu apakah di masa Rasulullah mukim di kota Mekkah sudah ada masjid? sebab masjid pertama yang didirikan oleh Rasulullah adalah masjid Quba disaat beliau hijrah dari mekkah ke Madinah, dan masjid Quba terletak diluar kota Mekkah, jadi kesimpulannya tidak mungkin kejadian dalam kisah tersebut terjadi di kota Mekkah.

·  Jika kejadian di dalam kisah itu terjadi di Madinah, berarti masjid yang rutin dikunjungi Rasulullah adalah masjid Nabawi. Lalu apakah benar jika Rasulullah hendak pergi ke masjid Nabawi dari rumahnya selalu melewati rumah nenek yahudi tersebut? Bukankah rumah Rasulullah bersebelahan dengan masjid Nabawi? Bahkan tempat tinggal Rasulullah dulu sekarang sudah masuk kedalam area masjid Nabawi (dikarenakan perluasan masjid). Jadi kesimpulannya tidak mungkin kejadian dalam kisah tersebut terjadi di kota Madinah.

·  Jika kejadian dalam kisah tersebut terjadi di kota Madinah, maka tidak mungkin seorang kafir yahudi dengan terang-terangan mencaci maki Rasulullah secara langsung, sebab Rasulullah adalah pemimpin kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah.
Jadi dimana kejadian dalam kisah tersebut..???

  • Fakta Hukum

·   Cermati penggalan kisah berikut ini: “Assalamu’alaikum !” sapa Rasulullah.
Nenek itu malah melotot kepada Rasulullah. “Enyah, kau !” kata si Nenek
Di kisah tersebut diceritakan bahwa Rasulullah memberi salam kepada Nenek yahudi tersebut, hal itu bertentangan dengan apa yang di sabdakan oleh beliau seperti yang tertera dalam hadits berikut:
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda: 

لَا تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلَا النَّصَارَى بِالسَّلَامِ فَإِذَا لَقِيتُمْ أَحَدَهُمْ فِي طَرِيقٍ فَاضْطَرُّوهُ إِلَى أَضْيَقِهِ

Janganlah kamu memulai salam kepada orang-orang Yahudi dan Nashâra. Dan jika kamu menemui salah seorang dari mereka di jalan, maka desaklah ia ke jalan yang paling sempit/pinggir. [HR. Muslim, no. 2167]


Jadi TIDAK mungkin Rasulullah mendahului orang kafir dalam mengucap salam.
Kesimpulannya, kisah ini tidak bisa dijadikan rujukan dan tidak pantas untuk disebarluaskan, terlepas adanya misi dibalik niat dari sang pengarang kisah ini, sudah seharusnya kita merenungkan hadits Rasulullah berikut ini.

Dari Al Mughirah, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ كَذِبًا عَلَىَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ ، مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari no. 1291 dan Muslim no. 4).